RADARSALEM - Perang chip antara China dan Amerika Serikat (AS) kian memanas. Kini, China mulai membatasi ekspor dua bahan utama yang dibutuhkan industri semikonduktor.
Di bawah aturan baru, lisensi khusus diperlukan untuk mengekspor galium dan germanium dari ekonomi terbesar kedua di dunia. Bahan tersebut digunakan untuk memproduksi chip untuk diaplikasikan ke peralatan militer.
Pengekangan dilakukan setelah AS melakukan upaya untuk membatasi akses Beijing ke teknologi mikroprosesor.
China sejauh ini merupakan pemain terbesar dalam rantai pasokan galium dan germanium global. Mereka menghasilkan 80% galium dunia dan 60% germanium, menurut badan industri Critical Raw Materials Alliance (CRMA).
Bahannya adalah "logam minor", yang berarti bahwa bahan tersebut biasanya tidak ditemukan sendiri di alam, dan seringkali merupakan produk sampingan dari proses lain.
Selain AS, Jepang dan Belanda, yang merupakan rumah bagi pembuat peralatan chip utama ASML, telah memberlakukan pembatasan ekspor teknologi chip di China.
"Waktu pengumuman dari China ini tidak kebetulan, mengingat pembatasan ekspor chip yang diumumkan antara lain oleh Belanda," kata Colin Hamilton dari perusahaan investasi BMO Capital Markets, dikutip dari BBC, Rabu (2/8/2023)
"Sederhananya, jika Anda tidak memberi kami chip, kami tidak akan memberi Anda bahan untuk membuat chip itu," tambahnya.
Perang teknologi antara dua ekonomi terbesar di dunia telah menimbulkan kekhawatiran atas munculnya "nasionalisme sumber daya", ketika pemerintah menimbun bahan-bahan penting untuk memberikan pengaruh atas negara lain.
"Kami melihat pemerintah semakin menjauh dari narasi globalisasi," kata Gavin Harper, peneliti bahan kritis di Universitas Birmingham
"Gagasan bahwa pasar internasional hanya akan mengirimkan bahan telah hilang dan, jika Anda melihat gambarannya secara lebih luas, industri Barat mungkin menghadapi sedikit ancaman eksistensial," imbuhnya.
Namun, pembatasan ekspor China ini diperkirakan memiliki dampak terbatas dalam jangka panjang.
Meskipun China adalah pengekspor galium dan germanium terkemuka, ada bahan pengganti dalam produksi komponen seperti chip komputer, kata konsultan risiko politik Eurasia Group