RADARSALEM - Pada Mei tahun lalu, Electronic Arts (EA) Sports mengonfirmasi bahwa kemitraannya selama 30 tahun dengan FIFA, badan pengatur sepak bola, akan segera berakhir.
Menurut The New York Times, akar permasalahan ini adalah uang. FIFA meminta dua kali lipat biaya lisensi atau senilai US$150 juta untuk mengizinkan EA terus mencatut namanya. Sementara itu, EA mulai mempertanyakan apakah pembayaran uang tersebut setimpal dengan pendapatan yang didapat.
"Pada dasarnya, apa yang kami dapatkan dari FIFA di tahun non-Piala Dunia adalah empat huruf di bagian depan kotak. Kebanyakan orang bahkan tidak melihat kotak itu lagi karena mereka membeli game secara digital," kata CEO EA Andrew Wilson.
Sebelumnya, FIFA mengancam akan merilis game-nya sendiri. Namun, banyak pihak meragukan kemampuan FIFA untuk membuat video game yang sukses.
Organisasi tersebut dinilai tidak memiliki kelincahan dan ketajaman budaya untuk merancang game sendiri.
Kutipan dari Presiden FIFA Gianni Infantino soal game yang mereka kembangkan nyatanya menjadi bahan olok-olokan di internet.
"Game FIFA baru -FIFA 25, 26, 27, dan seterusnya- akan selalu menjadi eGame terbaik untuk anak perempuan atau laki-laki mana pun," katanya
Menurut warganet, omongan Presiden FIFA tersebut terlalu percaya diri. Pukulan terakhir terhadap harapan FIFA untuk membuat pesaing EA tiba awal pekan ini.
EA menggelar peluncuran mewah untuk EA Sports FC 24, yang akan dirilis pada 29 September mendatang.
Eksekutif EA Sports mengumumkan bahwa perusahaan telah mendapat hak eksklusif untuk Liga Premier, La Liga, Liga Champions UEFA, dan hampir semua kompetisi klub lainnya, untuk game pria dan wanita.