RADARSALEM - Berpuluh-puluh tahun sudah Jackie Chan berkarier di industri film. Mulai dari stuntman hingga akhirnya berhasil jadi pemeran utama dan produser film. Meski begitu, belakangan ini ia merasa sedih karena era sekarang sepertinya sudah berganti sehingga tak muncul lagi para bintang-bintang aksi seperti dirinya, Jet Li ataupun Steven Seagal.
Jackie Chan menyadari hal tersebut sejak lama. Ia mengaku telah lama mencari penerus seperti dirinya.
"Aku sudah lama berusaha mencari Jackie Chan selanjutnya, tapi itu sangat sulit," tuturnya.
Di luar itu, Jackie Chan sendiri merupakan salah satu aktor laga terkaya di Asia. Berdasarkan laporan Celebrity Net Worth, disebutkan pemain laga tersebut memiliki harta kekayaan mencapai US$ 400 juta atau setara dengan Rp 6 triliun (kurs Rp 15.000/dolar AS).
Adapun harta kekayaannya ini bersumber dari film-film yang dibintangi dan disutradarai olehnya. Namun tidak hanya itu, ternyata aktor berusia 68 tahun itu juga mendapatkan pemasukan yang cukup besar lewat investasinya di bidang properti.
Diketahui bahwa pada 1990, Jackie Chan sempat membeli sebuah rumah di Beijing hanya karena ia merasa tak nyaman tinggal di sebuah hostel selama syuting. Hostel tersebut menjadi tempat tinggal ia bersama para kru, tapi bangunannya cukup tua dan sangat kotor sehingga membuat mereka merasa tak aman dan nyaman.
Hal itu membuatnya berpikiran untuk lebih baik membeli rumah saja, sehingga bisa digunakan untuknya dan para kru saat mereka syuting kembali di sana. Ia mencari rekomendasi dari agen properti dan memilih rumah bertipe si he yuan atau rumah tradisional China yang memiliki halaman luas.
Tak hanya satu rumah saja yang dibeli olehnya, ia sampai memborong delapan rumah bertipe sama dan menghabiskan uang hingga Rp 8,5 miliar. Setelah menyelesaikan syuting di sana, Jackie Chan kembali ke Hong Kong dan tak terlalu mengurusi rumah-rumah tersebut.
Dan rumah-rumah itu sudah menjadi aset yang sangat berharga untuknya karena dilaporkan media-media lokal, harga satu rumah tersebut mengalami kenaikan lebih dari 20 kali lipat yang awalnya seharga Rp 1,07 miliar menjadi Rp 25,8 miliar beberapa tahun lalu dan kini harganya melonjak lebih tinggi lagi hingga Rp 215 miliar setelah pandemi COVID-19.
